Be Creative Game Level 9

Welcome to Game Level 9 Thinking Creative, its means be creative.

Alhamdulillah, kelas bunsay sudah memasuki level 9, itu artinya sudah hampir 3/4 tahun menjalaninya artinya sudah 75% melewatinya. Ya Allah bersyukur padamu, saya bisa konsisten walau sempat terskip 2x karena tidak masuk jadwal offline. tapi teruslah belajar tumbuh dan berkembang.. Just keep upgrading demi sendiri dan keluarga.

Dan disinilah saya sudah masuk level 9, sungguh benar perjuangannya untuk selalu konsisten dan berkomitmen kepada anak dan suami. Sekarang di level 9 ini, terus terang saya moved dari kelas bunsay offline tangerang kota ke bunsay online Joglo (Jogya Solo). Sungguh kuakui perpindahan itu sempat buat menggalau, bagaimana tidak karena sudah 8 bulan saya menjalani offline bunsay dan itu menyebabkan timbulnya rasa persaudaraan yang kuat bagi saya dan teman-teman offline. Tapi saya pun bersyukur dipertemukan bunda-bunda yang welcoming, sama-sama belajar untuk lebih baik dan ternyata sama hebohnya online dan offline. Paring Gusti Allah, alhamdulillah. Walau ketika masuk kelas ini saya sudah terlewat materi dan diskusi interaktif serunya, dan padahal baru 2 hari di kelas baru sebagai anggota baru, diskusinya interaktif selingan hoowwt ternyata… hahahaha…. Seeruuu Fuuun Sharing Learn, we must be hand to hand  and success together.

Tepuk tangan buat bunda bunda pembelajar disinii, two thumbs up.. 

Dan Inilah saya kembali mencoba review seala kadarnya, sepengertian saya, sepemahaman saya, So check this out.

Materi ini menarik sekalii, bagi saya kreatif terkadang beda tipis dengan hemat, jika ingin berhemat pastinya kita akan berpikir bagaimana caranya ini cukup dan pas buat kita semua. (ini menurut saya cara berpikir emak-emak nowadays dimana barang-barang lagi mahal, tapi ingin tetap ingin berhemat) Jadinya sering banget si ditantang di alam bawah sadar kita bagaimana caranya kreatif dalam kehidupan sehari-hari. But these, once again kreatif itu garis besarnya adalah kemampuan menciptakan sesuatu yg baru, bisa mengeluarkan ide menjadi sebuah karya orisinil.  Nah kalau saya kreatif memiliki cara proses berpikir untuk menciptakan jalan keluar dari suatu masalah, misal tadi uang belanja mau hemat bagaimana caranya, iyaa kan? hehehehe.

Disini di game level 9 ini, bukan emaknya yang harus dituntut kreatif tapi anak ternyata memiliki potensi kreatif. Kreativitas itu bukan ditumbuhkan, karena pada dasarnya setiap anak terlahir kreatif. Pendapat ini tentu saja benar. Nah how to develop their creativity? Disnilah tugas emak-emak alias saya sendiri.

Penting, kreativitas salah satu pondasi agar anak mampu  menyelesaikan masalah, mampu berpikir out of the box, dan menjelajah sesuatu yang baru. Nah, ketika anak bermain disanalah mereka akan mengembangkan daya kreativitas mereka, biarkan mereka bermain sesuai imajinasi mereka. Dan jika mereka bertanya sebaiknya kita berikan feedback yang merangsang curiousity mereka. Dont Give Them Negative Sign, karena hal ini membuat mereka menjadi takut untuk mencoba. Astagfirullah. Jangan biarkan hal ini terjadi karena kita dan jangan biarkan guru atau sekolah protektif kepada anak sehingga anak-anak akhirnya memiliki batasan-batasan dalam prosesnya.

Bagaimana caranya, kita sebagai orangtua ataupun pendidik haruslah bisa menghargai keunikan mereka, karena setiap anak adalah spesial. Jadi ingat film Taara Zaamen Paar… hayuk siapa yang sudah nonton, saya sampai menangis nonton film ini. 

Kemudian berikan dorongan jangan ada paksaan. Kita sebaiknya fokus mengembangkannya dengan memberikan stimulus  untuk memancing kreativitasnya keluar, perlahan-lahan pasti akan terlihat. Paling penting adalah anak harus melakukannya dengan enjoy dan antusias. dan itu semua butuh proses dan waktu. Terakhir janganlah lupa berikan pujian atau respon positif kepada anak. Proses kreatif anak tentu saja tidak akan berkembang dengan sendirinya, mereka pun butuh support system yang baik, yaitu pertama adalah kita sebagai orangtua.

Peran orangtua disini bersikap berhati-hati dalam melihat kondisi dan apa yang sedang dilakukan anak. Ini poin saya banget, jadi ingat konsep Montessori yaitu Follow the Child, saya musti belajar bersabar dan menahan diri suara berkata “jangan” untuk mengoreksi anak. So keep follow the child dan let them to eksploration. Kita hanya berusaha mendampingi mereka.

Maksud dari poin ini adalah, kita sebagai orangtua juga jangan menyamakan asumsi kita sama dengan asumsi anak-anak. Asumsi kita berbeda dengan anak-anak, misalnya anak bermain dengan tongkat sambil mengayuh, padahal mereka berimajinasi sedang naik perahu tetapi yang kita lihat adalah bahayanya tongkat ketika bermain. So, ketika itu kita sebagai orang tua perlu mengetahui ide atau pikiran anak  dengan memberikan pertanyaan, bukan membuat pernyataan.

Nah ini, terkadang dengan pengalaman kita sebagai orangtua terlebih dahulu seringkali membatasi mereka dan itu bisa jadi daya kreativitas mereka tidak berkembang. Ternyata itu salah. Sedih banget deh pernyataan ini. Jadi, sekali lagi  penting bagi anak untuk mengeksplorasi, menciptakan dan berpikir. Pada prosesnya, seorang anak tidak mungkin bisa langsung berhasil pasti akan pernah menghadapi kegagalan, dari sanalah anak akan belajar trial and error sehingga anak terus bereksplorasi dan terus menciptakan suatu ide yang baru di masa mendatang.

Berbagai metode yang dapat dilakukan antara lain: (1) evolusi, yakni gagasan-gagasan baru berakar dari gagasan lain, solusi-solusi baru berasal dari solusi sebelumnya, hal-hal baru diperbaiki/ditingkatkan dari hal-hal lama, setiap permasalahan yang pernah terpecahkan dapat dipecahkan kembali dengan cara yang lebih baik , (2) sintesis, yakni adanya dua atau lebih gagasan-­gagasan yang ada dipadukan ke dalam gagasan yang baru, (3) revolusi, yakni gagasan baru yang terbaik merupakan hal yang benar-benar baru, sebuah perubahan dari hal yang pernah ada, (4) penerapan ulang, yakni melihat lebih jauh terhadap penerapan gagasan, solusi, atau sesuatu yang telah dirumuskan sebelumnya, sehingga dapat dilihat penerapan lain yang mungkin dapat dilakukan, dan (5) mengubah arah, yakni perhatian terhadap suatu masalah dialihkan dari satu sudut pandang tertentu ke sudut pandang yang lain. Hal ini dimaksudkan untuk memecahkan suatu masalah, bukan untuk menerapkan sebuah pemecahan masalah.

Dari poin ini pun saya belajar kembali metode kreatif, ternyata sering kali loh tanpa diduga sering beri ide kreatif, misalnya story telling terkadang sering memberikan cerita dengan beda pesan walau isi bukunya sama. Itu kan kreatif. Atau menu makanan, ah di kulkas hanya ada ini, kita jadinya dituntut kreatif buat menu baru. Woow… ternyata berpikir kreatif itu MUDAH. Yang paling penting ubah sudut pandang, jangan berasumsi, out of the box, dimulai dari hal-hal kecil, dan tahan untuk tidak mengoreksi apa yang sedang dilakukan anak. 

Sumber:

  1. Diskusi kelas kreativitas bunda sayang Joglo/Sogasquad
  2. Haris (1998) dalam artikelnya tentang pengantar berpikir kreatif.

#kelasbundasayang

#review

#institutibuprofesional

#thinkcreative

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.