Generasi Balig Belum Aqil, Siapa?

Generasi anak milenial sekarang, memang sering disebut “Anak sekarang cepat dewasa tapi belum waktunya” dan merekalah Generasi Baligh belum Aqil. Banyak sekali yang menyebabkan anak bisa cepat dewasa dalam arti soal fisik. Fisik sangat erat hubungannya dengan Baligh, apa yang menyebabkan seperangkat fisik anak-anak sekarang cepat berubah?

  1. Adanya Overnutrisi yaitu makanan dengan komposisi hewani berlebihan, dan terdapat kumpulan residu hormon disinyalir berpengaruh pada tubuh manusia yang mengkonsumsinya, termasuk perkembangan organ reproduksi.
  2. Aktivasi kematangan oleh aksi dan formasi itu contohnya, anak yang sering terpapar berlebihan dengan sentuhan fisik terutama dari lawan jenisnya
  3. Stimuli mata-telinga : ini paling syereem.. karena kasus kecanduan pornografi
  4. Minim unsur pengerem : tidak diajarkannya agama di rumah sebagai batasan moral mereka.

Untuk aqil terlambat lebih ditekannkan kembali figur ayah di rumah dan pola asuh yang diterapkan di rumah, bisa jadi anak terlalu dimanja berlebihan, kemudian tidak diajak belajar problem solving. Dalam keluarga mungkin adanya figuritas ayah yang berkurang, ayah yang terlalu sibuk bekerja dan hanya mengandalkan peran ibu di rumah. Padahal sosok ayah sangatlah penting bagi keluarga karena nilai-nilai kedewasan dan kematangan seorang anak akan tepat tersampaikan oleh sang ayah.  Sampaikan fitrah anak sesuai dengan mendekatkan dan menghadirkan sosok kita dalam kehidupan anak.

Alkhirnya, Super sekali materi ini dan semua ini ternyata yang menyebabkan semua Generasi sekarang Baligh datang tapi Akil terlambat. Sebaiknya apa yang harus kita lakukan, lagi-lagi peranan kita sebagai orangtua yang menjadi poin utama kita. KIta sebagai orangtua harus bisa membuat Bonding, hadirkan sosok kita dalam hidup meraka sejak dini dengan 

_Banyak bermain bareng, berkegiatan bareng, dan ngobrol bareng sekeluarga _

Kena banget deeh pesan ini, semoga  generasi akil dan baligh ini bisa terwujud dalam diri anak-anak. AMin… 

SUmber : diskusi SOGA SQUAD BUNSAY 3

#reviewbunsay

#gamelevel11

#fitrahseksualitas

#bundasayang

Kenali Fitrah Seksualitas Anak Yuk!

Di malam ini, semakin mendekati jam malam. Tim salah satu bunsay SOGA SQUAD yaitu team Emak Kriuk memberikan materi interaktif, kita diajak menggali lebih dalam fitrah seksualitas anak, ada peran ayah dan ibu.

Semakin hari semakin seru, membahas fitrah seksualitas ini, makin banyak beragam masalah yang dimunculkan. makin banyak pula tips tips yang diberikan. Kita sebagai orang tua memiliki fitrah peran yang berbeda. Nah saling berhubungann dengan masalah yang saya temukan kemarin yaitu Kesetaraan Gender.

Inilah fitrah peran ayah dan Ibu berdasarkan Ustad Harry Santoso

Fitrah PERAN AYAH
▪Man Of vision n mission
▪Penanggung jawab
▪Konsultan pendidikan
▪Sang Ego dan Individualitas
▪Pembangun Sistem berpikir
▪Penegak Profesionalisme
▪Supplier maskulinitas
The person of tega

FITRAH PERAN BUNDA
? Pelaksana harian pendidikan
?Person of love n sincerity
?Sang harmony n sinergi
?Pemilik moralitas n nurani
?Supplier feminitas
Pembangun hati dan rasa
?Berbasis pengorbanan
Sang pembasuh Luka

wow sekali kan, peran ayah dan ibu sesuai porsinya tidak dilebih-lebihkan. Untuk anak-anak saya yang masih di bawah 2 tahun, anak harus lebih dekat kepada ibunya. Gunakan waktu-waktu ekslusif bagi anak di usia ini, sering gunakan tatap  muka sayang dan pandangi anak, perhatian dan fokus kepada anak dengan tidak memegang sesuatu, peluklah sesering mungkin, dan melakukan ASI 2 tahun, karena setelah memasuki usia 2 tahun anak pun harus kita dekatkan kepada ayah dan bunda, disini memasuki porsi sama besar antara ayah dan ibu, disinilah anak juga banyak ingin cari tahu akan fitrahnya.

untuk anak saya satu lagi yang sudah memasuki usia 4 tahun bulan ini, masih saya dekatkan peran ibu dan ayah sama besarnya. JIka saya lagi mengasihi anak saya yang kedua, disinilah peran ayah mengambil tugas saya lebih banyak. Thanks to you my husband, sudah mau bekerja sama mengambil peran tersebut. InsyaAllah kami berdua akan memberikan anak sesuai dengan fitrah seksualitasnya. Amin.

Sumber : Diskusi SOGA SQUAD BUNSAY 3

#reviewbunsay

#fitrahseksualitas

#gamelevel11

#bundasayang

Why I Choose to be A Montessorian?

Awal pertama, saya merasa resah akan pendidikan anak-anak saya padahal saya sendiri adalah seorang pendidik dengan gelar Sarjana Pendidikan jurusan Pendidikan anak. Banyak ilmu yang kudapat, dari bangku Universitas Negeri Jakarta hingga mengajar dimana-mana tapi aku masih resah kepada anak-anak saya sendiri. Panggilan-panggilan yang kuterima saat aku remaja untuk memilih menjadi seorang Guru yang berdedikasi tapi nyatanya hilang arah dan hilang tujuan ketika mengalami situasi nyata pendidikan sekarang. Mengapa?

Karena semua pendidikan yang diberikan dalam negara kita sendiri ternyata banyak sekali yang menekankan semua beban dan tugas kepada anak. Banyak hasil yang ingin dicapai tapi melupakan sebuah proses dan karakter dari seorang anak itu sendiri. Sayapun yakin bahwasanya setiap anak sudah memiliki fitrah hidupnya sehingga kita sebagai pendidik hanya perlu menuntun anak menuju perkembangan yang maksimal bukan sebagai pendidik yang mendiktekan anak untuk duduk, diam, catat dan menghafal. Metode pendiidkan inilah yang makin meresahkan saya. Antara idealisme dan kenyataan sangatlah berbeda.

Saya sebagai seorang guru di sekolah sewaktu awal mempunyai idealisme yang mengutamakan seorang anak yang memiliki mata cemerlang akan potensi yang meraka miliki, tapi nyatanya malah membuat anak tertekan dengan beberapa stigma-stigma dengan pelabelan “Anak Pintar”, “Anak Hebat”, “Anak Tidak Mampu”, “Anak Bodoh”. Hati nurani saya menolaknya dan sesungguhnya hal tersebut tidaklah cocok untuk pendidikan karakter anak.  Dari pelabelan semacam itu membuat anak merasa ingin terus mendapatkan pemikiran karena akan rasa takutnya dan rasa lebih atau  adiktif bagi anak untuk sempurna demi dunia luar. Sayapun juga merasakan sebagai guru banyak mendapatkan tuntutan dari luar dan harus bisa menghasilkan anak didik saya yang setipe yaitu patuh, disiplin, dan tunduk terhadap peraturan. Situasi dan keadaan ini makin meresahkan saya sebagai seorang pendidik anak, sehingga saya akhirnya mengundurkan diri sebagai Guru di salah satu Institusi pendidikan karena juga lebih ingin membersamai anak-anak dengan lebih bermakna. Saya lebih ingin mengutamakan pendidikan anak saya bersama saya dengan keresahan yang makin menjadi dalam diri saya.

Saya semakin risau untuk mencari pendidikan dan metode yang mana tepat untuk anak-anak saya dan idealisme saya. Saya mencari tahu sehingga menemukan harta karun yang berharga dengan bertemu seseorang yang banyak mengubah sudut pandang saya terhadap dunia pendidikan anak. Harta karun tersebut ialah Metode Montessori. Betul, Metode Montessori akhir-akhir ini sangatlah booming sekali di timeline social media bagi para-para ibu muda yang ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya . Metode untuk anak dengan segala apparatusnya yang dapat dibilang sangatlah mahal. Just why? I just wondering.  Ternyata, ketika mengenal metode tersebut, saya takjub, saya terpesona, saya terkagum-kagum bukan dari apparatusnya tapi filosofinya yang sangat menghormati akan pilihan-pilihan anak.

Mengapa harus Montessori? Saya pun mencari sejarah dari metode itu tercipta. Montessori tercipta oleh Dr. Maria Montessori yang dari kepeduliannya terhadap pendidikan anak di jamannya. Beliau melihat metode pendidikan yang sangat usang, sangat konvensional, warisan dari Revolusi Industri yang ingin menciptakan manusia-manusia yang patuh terhadap sebuah sistem atau atasannya. Dr. Maria Montessori pun meyakini bahwa pendidikan konvesional itu sangatlah bertentangan dengan kebutuhan mendasar manusia. Akhirnya beliau pun menciptakan Metode Montessori yang ditujukan untuk membebaskan jiwa sang anak agar dapat mengembangkan potensi diri anak sehingga terciptalah sebuah kepuasan hati, perasaan nyaman dan bahagia dalam diri anak. Hanya satu kata just WOW, ternyata dua kata.

Betul, saya jatuh cinta dengan Filosofi Montessori yang mengutamakan akan kebebasan anak. Dr. Maria Montessori menghargai bahwa anak memiliki sifat nurture sejak lahir yang ternyata memiliki banyak potensi jika diberikan metode yang tepat.  Itulah idealisme saya, saya pun ingin sekali memberikan stimulasi yang tepat bagi anak-anak saya sendiri sehingga mereka semua dapat memaksimalkan semua potensi dalam diri mereka. Prinsip Montessori yang merupakan Follow The Child ini membantu saya mengubah sudut pandang saya dari kacamata anak, berhenti menjadi orang dewasa yang akan tahu segalanya. Pentingnya menghormati pilihan anak dan adanya keteraturan akan membuat anak makin merasa aman dan nyaman, sehingga akan mengeluarkan jiwa sesungguhnya dalam diri anak. Thats why i choose to be A Montessorian.

Dari filosofi itulah saya pun berniat dengan belajar sungguh-sungguh dengan mendaftar di sekolah Diploma Montessori Online di salah satu institusi. Dari Filosofilah saya lebih ingin mengaplikasikan metode tersebut dalam kehidupan sehari-hari anak dan menyesuaikan dengan prinsip montessori yang mengutamakan pilihan anak, yaitu menyediakan apparatus berserta kebutuhan furniture yang menyesuaikan dengan tinggi anak.  Semua itu adalah bonusnya bagi saya dalam hal menyediakan apparatus guna memaksimalkan metode montessori itu sendiri, dan hadiahnya adalah Filosofi itu sendiri.

It Takes A Village to Raise a Children, dari kata ini pun menyadarkan saya jika anak-anak dapat memaksimalkan potensinya, kita pun butuh support system dari lingkungan mereka. Hal inilah yang akan menjadi poin penting dalam hidup saya. Ketika anak-anak berhasil, maka butuh dukungan baik dari dalam dan luar. Pertama suami saya, saya dan suami sudah memiliki satu frekuensi dalam pendidikan anak-anak kami. Kedua, yaitu masyarakat sekitar di sekeliling anak, jika anak-anak saya sedang melakukan aktivitas tersebut artinya saya pun juga siap mengajak anak-anak di sekitar kami melakukan kegiatan tersebut dengan prinsip dan filosofi montessori itu sendiri. Ketiga, jika berhasil membuat lingkungan yang berhasil mensupport itu semua saya ingin membuat kurikulum yang sesuai dengan tingkat umur mereka, karena saya yakin tiap anak itu adalah unik yang memiliki potensi dan karakteristik yang berbeda.

Disinilah saya ingin mengikuti Program dari Sekolah Salah Didik Kunci untuk memberikan support dalam hal merefleksikan pendidikan yang saya alami serta belajar berani membuat gagasan baru dalam dunia pendidikan. Terakhir saya pun ingin sekali melakukan diskusi dan sharing bersama untuk berbagi ilmu dalam dunia pendidikan saat ini. Semoga dengan pemaparan essay yang saya buat ini memberikan saya kesempatan menjadi salah satu peserta yang terpilih. Terakhir, ini semua untuk anak-anak saya, karena dari sinilah saya belajar bukan anak saya yang belajar. Dari anaklah saya lebih ingin menghargai akan pilihan hidup sang anak.

Kesetaraan Gender?

Hari ini di grup sebelah, grup tetangga, uhuy.. Grup teman-teman kampus saya yang mayoritas isi perempuan semua sedang asik membahas keseteraan gender. Jadi ada yang membahas di sisi feminis, sisi humaniasme serta sisi agama. Makin seru…. tapi saya melihat dan akan  menulis dari pandangan agama saja, ya kenapa? karena ini akan sangat berhubungan dengan mendidik anak sesuai fitrah seksualitas anak.

Berdasarkan pandangan agama Islam apakah mengakui adanya persamaan gender?

 “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. ” (QS. An-Nahl [16]:97 )

Jelas, dalam AL Quran yang membedakan laki-laki dan perempuan berdasarkan amal sholeh. Jika ada yang beramal sholeh, maka itu akan terlihat ketika laki-laki dan perempuan tersebut menjalankan hidupnya sesuai dengan fitrah atau tidak. Misal, kita melihat suatu fenomena trasngender, tapi dia melakukan amal sholeh akankan akan mendapat janji dari Allah? Wallahu allam. Tapi akankan ini bahaya bagi anak-anak kita jika kita pun menyetujui akan adanya persamaan antara laki-laki dan perempuan?

Dan sekali lagi, saya pun menemukan fenomena keluarga muslim. 

Memang menjadi suatu persoalan dalam kehidupan sosial kita. Gender dipersoalkan melahirkan perbedaan peran, tanggung jawab, hak dan fungsi serta ruang aktivitas laki-laki dan perempuan dalam masyarakat. Saya pun setuju. Maka, bagaimana mengantisipasinya, yuk lagil-lagi balik ke keluarga dan fitrah seksualitas anak. Keluarga merupakan tempat pendidikan pertama bagi anak. Di dalam keluarga, anak mendapatkan seperangkat nilai, pengertian dan fitrahnya melalui peranan dari Ayah dan ibu. Ayah dan Ibu haru memberikan contoh dan figur yang baik bagaimana anak laki-laki harus bersikap atau bagaimana anak perempuan harus berperilaku. Kesadaran ini perlu juga diajarkan sejak dini, agar nantinya anak-anak telah memiliki pengetahuan tentang masalah gender dan berperilaku sesuai aturan yang ada dalam masyarakat, dalam arti perilaku positif.

Sumber :

  1. http://blog.unnes.ac.id/novita3011/?p=13
  2. https://elmafitria.wordpress.com/2018/01/12/fitrah-seksualitas-terkait-peran-gender-review-tantangan-bunda-sayang-11

#bundasayang

#fitrahseksualitas

#gamelevel11

#sogasquad

#kelasbunsay

 

 

Dandan untuk Perempuan

Akhir-akhir ini kakak sering melihat ibunya dandan, biasanya kalau lihat ibunya dandan dulu cuma penasaran tapi sekatang dia pun mau coba-coba ?

Dia coba satu-satu dari cream muka, bedak, blush on, eyeliner, dan terakhir lipstik ?. Kakakpun bertanya kenapa Ibu dandan si? karena mau pergi ya? Ayah koq tidak dandan ya bu?

Satu kali ingin bicara tapi pertanyannya lamgsung 3 ??. Ibunya kan bingung mau jawab yang mana dulu. Saya menjelaskan persamaan Saya dan Kakak, Ibu dan Ayah, Ayah dan Kakak, Ayah dan Adik. Saya menjelaskan fitrah seksualitas laki-laki dan perempuan. Kakak pun paham, dia memiliki persepsi bahwa Ibu karena perempuan jadi suka dandan, beda dengan yang laki-laki.

Ada laki-laki yang berdandan, boleh gak ya bu? Saya jawab kakak suka lihat ayah dandan tidak? kakak jawab tidak. Kakak pun langsung ambil kesimpulan bahwa ayah dan adik tidak boleh dandan karena laki-laki. Ibu dan kakak boleh. Kesimpulan yang pas untuk usia kakak yang mau besok OKtober 4 tahun ??

Alhamdulillah dia tidak lanjut pertanyaan klo laki-laki dandan kenapa bu? Hayoloh jawab apa ?Ibu akan siapkan jawabannya kakak tapi klo kakak akan bertanya seperti itu ?? sekarang Ibu simpan dulu ya ✍️

Favorite Aslan

Ini adalah salah satu buku edukasi tentang bagian tubuhku. Buku ini paling disukai oleh Adik Aslan. Aslan di usianya yang masih 20m, rasa keingintahuan dia sangatlah tinggi, terutama tentang bagian tubuh. Saya mengajarkan dia melalui buku ini, serta ketika mandi selalu diingatkan bagian-bagian tubuhnya. Untuk alat vitalnya, sudah saya kenalkan sejak dini. Dan dia pun tahu mana penis pada bagian tubuhnya. Ini isi dari buku tersebut, sangat mencerminkan bagian-bagian tubuh bukan pada umumunya.

Dari bagian -bagian tubuh tersebut, saya menanamkan fitrah seksualitas bagi diri Aslan. Walaupun pengetahuan anak belum bisa diucapkan seluruhnya, tapi dia mampu menyerap semuanya apa yang kita ucapkan. Saya pun memberikan karakteristik karakter perempuan adalah kakak sedangkan karakteristik adalah adik. Kami pun juga membedakan dari pakaian, semoga dengan adanya ini adik Aslan pun belajar mengenal fitrah seksulitas dirinya dengan mudah.

#SOGASquad

#bundasayang

#fitrahseksualitas

#gamelevel11

Innerchild dan Komitmen Suka dan Tidak Suka

Malam ini supersekali membahas innerchild. Apa si Itu Innerchild?

Inner child adalah sosok anak kecil yang berada dalam diri kita (Ego personality). Inner child bertumbuh sesuai usia dan pengalaman hidup, seringkali hanya inner child negatif yang butuh kesadaran penuh untuk mengenali dan kemudian berdamai.

Pertama kali mendengar kata tersebut dulu waktu ikut kuliah bu Elli Risman, darisanalah saya san suami banyak belajar dan mencoba berubah.

Suami saya khususnya, langsung ganti mindset bahwa ayah bisa diajak kerjasama dalam pengasuhan anak, bukan diserahkan seluruhnya kepada sang istri. Malah peran ayah ini sangat penting sekali dalam menumbuhkan fitrah seksualitas dalam diri anak. Suami saya pun juga tak ragu untuk berbagi tugas. Darisanalah perjuangan saya untuk mengasuh anak tidaklah sendiri lagi tapi berdua.

Masalah saya akhirnya terbukakan dari sana, saya yang awalnya pemarah kepada anak terutama urusan makan, walau sekarang masih ketar ketir tapi sudah bisa woles. Saya berusaha menghilangkan innerchild saya, dengan cara mencoba memaafkan segala sesuatunya di masa kecil saya. Saya ingin anak saya memiliki innerchild yang positif dan peran saya sebagai seorang ibu yang Berusaha menumbuhkan fitrah anak akan sesungguhnya peranan seorang ibu ♥️

Dari sanalah, saya belajar membuat komitmen “Suka dan Tidak Suka” antara saya dan si kakak.

Kakak tidak suka bila ibu marah. Ucapkan istigfar dan senyum.

Ibupun tidak suka bila kakak mengikuti ibu marah. Istigfar dan senyum.

Anak berusaha mencontoh segala sesuatu dari tingkah laku kita. Maka saya buat perjanjian tersebut, alhamdulillah komitmen masih berjalan, setelah adegan itu biasanya saya dan si kakak pelukan sambil ucapkan maaf. ??

Satu hal yang saya ingat lagi, proses memaafkan inner child ini perlu, ikhlas, maafkan dan pesan bunda septi yang paling saya sukai dan akhirnya bisa keep on track hingga saat ini yaitu

“Proses itu hak kita tapi Hasil adalah hak Allah”

Darisanalah saya yakin jika saya dan suami saya sungguh-sungguh berusaha berproses menjadi lebih baik menjadi orangtua yang bisa menumbuhkan semua fitrah anak yang telah dititipkan kepada kami ♥️♥️

Sumber : Diskusi Bunsay 3 SOGA Squad

#bundasayang

#fitrahseksualitas

#gamelevel11

#sogasquad

#pendidikanseks

#pendidikanreproduksi

#pendidikanseksualitas

#lindungidirisendiri

#ibuprofesional

#parentingindonesia

#kelasbunsay

Kakak Cantik Adek Ganteng

Materi hari ini dipresentasikan dengan apik oleh EATeam ??

Suka dengan pembukanya, drama pendek menggunakan audio, suaranya remyah dan kitapun terhanyut dengan ceritanya ? . Tapi disini saya tak akan mengulang ceritanya ? malah mau mereview. Poin cerita adalah baju / pakaian ternyata perlu looh dalam penguatan gender bagi anak.

Pengaruh dari gaya model style baju, memberikan image dan konsep diri bagi anak terutama dalam pengenalan dirinya sebagai laki-laki dan perempuan. Alhamdulillah, semenjak anak saya pertama konsep dia perempuan sudah dikenalkan. tpi untuk pakaian kami sering memberikannya baju yang unisex dalam soal warna, untuk model memang selalu memberikan baju yang sesuai dengan fitrahnya sejak lahir.

Untuk penguatan gender kepada sang adik. Kami ( saya dan suami sepakat ) yuk kita ajak kakak memberikan contoh / figuritas bagi adik. Bagi adik, kakak orang favoritya nomor satu. Di satu sisi saya ingin memgajak kakak terlibat dalam pengasuham sang adik ☺️.

Kakak sering bilang, ini punya kakak adik, karena kakak ini perempuan dam adik laki-laki. Alhamdulillah, metode ini sangat efektif. Adiknpun sangat hafal sekali model baju kakak, ibu, ayah dan dirinya semdiri. Dan adik pun tahu bahwa anak laki-laki itu ganteg seperti ayah ?.

sumber : diskusi Bunsay 3 SOGA Squad

#reviewgamelevel11

#bundasayang

#fitrahseksualitas

#gamelevel11

#sogasquad

#pendidikanseks

#pendidikanreproduksi

#pendidikanseksualitas

#lindungidirisendiri

#ibuprofesional

#parentingindonesia

#kelasbunsay

Wajar Tapi Tidak Boleh Dibiarkan?

Alhamdulillah, selesailah sudah tugas kelompok kami ? Lega… Apa sih yang dibahas kelompok kami? Penasaran ini dia

??????????

Tutup mata, aah takut, aah tapi penasaran, apa si yang dibahas ? dari judulnya saja koq agak serem ya?

Naah ini diaa… Dont Panic gaaes… Kelompok kami membahas masalah anak, anak usia 3-6 tahun ini sedang masa2nya mencoba dan memainkan alat kelamin mereka. ? Wah bahaya ya, koq bisa si..

Bisa loh teman, ternyata menurut Sigmund Freud, anak mempunyai fase dalam perkembangan seksualitasnya ☺️? so dont panic gaes…

Anak ketika bermain dengan alat kelaminnya berarti anak sedang memasuki Fase Phhalic dimana anak merasakan kepuasan di area genitalnya jadi jangan salah yaa jika anak kita sedang melewati fase itu.

Tapi yang jadi pertanyaaan bagi saya, apakah ini normal? Yes ini normal. Bolehkah ini dibiarkan, tentu saja tidak boleh ⛔️

loh-loh jadi sebenarnya boleh apa tidak boleh? Begini yaa gaes. memang anak sedang masa fase ini tapi hal ini tetap saja tidak boleh dibiarkan terus menerus. Solusinya?

Balik lagi ke fitrah seksualitas anak. Ketika anak usia 3-6 tahun memang butuh kelekatan dari kedua orangtua. Perlu pemahaman orangtua bagaimana harus bersikap ketika anak melewati fase ini.

Perlukan kita bersikap melarang, please dont.. kita perlu edukasi seksualitas anak sejak dini. Kenalkan anggota tubuh pada anak sejak dini. Sayapun sudah mengenalkan bagian tubuh mereka sejak bayi ketika sedang dimandikan sehingga mereka terbiasa dengan istilah bagian tubuh mereka terutama penis dan vagina. Jadi saya sharing ya infografis Do and Dont

Begitulah review malam ini. Alhamdulillah diskusinya fun ????terimakasih untuk teman2 CeTaRRR (Ceria Tampilannya Ruarrr biasa bahasannya) ?nama diciptakan saat iseng.. ♥️♥️

Oke pesan saya. Memang fase ini wajar dan memang harus dilewati anak tetapi ⛔️tidak boleh dibiarkan terus terjadi. Dampingi anak, ajak main bareng, aktifitas bareng dan ngobrol bareng ?‍?‍?‍?♥️

Sumber : Diskusi review SOGA Squad Bunsay 3

#bundasayang

#fitrahseksualitas

#gamelevel11

#sogasquad

#pendidikanseks

#pendidikanreproduksi

#pendidikanseksualitas

#lindungidirisendiri

#ibuprofesional

#parentingindonesia

#kelasbunsay

Should The Children Sleep by themselves?

Bismilah… Siang tadi terdapat tamu presentasi dari kelompok Mom’s Squad di SOGA SQUAD, yeay presentasinya sukses..

Padahal ya, pas banget tadi siang ngantuk melanda efek begadang hehehe, tapi disuguhi presentasi yang membuat ide-ide mereview langsung cling-cling-cling gitu… hehehehe…

Mom’s Squad asik memberikan materi tentang pendidkan sex untuk anak akil baligh, but wait my children still toddler age. So judulnya mereviewnya diikuti dengan ketentuan anak saya ya… hehehe…

Kenapa si dari kemarin membahas pendidikan sex untuk anak usia dini.. Ternyata pendidikan sek itu luas, mencakup bagian tubuh, fungsinya, tahapan usianya, perkembangan berpikirnya. Luas bingit kaan… kalau baca, segala penjuru artikel malah penting edukasi seksualitas sejak dini di jaman now.. Camkam itu!!!!( mau marah2 tapi gak bisa iconnya, susah)

Oke back to the review…

Ini ini salah satu tujuan yang dikemukakan oleh kelompok Mom’s Squad. Kenapa harus memberikan Pendidikan Seksualitas sejak dini? Karena agar dorongan seksual dalam diri anak bisa berjalan normal tanpa ada pembangkit dari luar. Fitrah seorang anak sudah berikan oleh Allah sejak lahir, maka sebagai orangtua perlu memberikan edukasi yang sesuai dengan kesiapan anak. Salah satunya, ini… (Lihat gambar di bawah)

Sebenarnya, hal ini sudah saya lakukan. Memisahkan tempat tidur anak, dengan saudaranya dan orangtuanya. Ketika dibahas tadi mulai dipisah usia 7 tahun, tapi saya terapkan ini di rumah saat kakak masih usia 3 taahun. Kami terapkan ini, memang ridho anak, suami dan saya. Kami ingin memberikan anak berani mengambil keputusan. Apakah ini sebagai suatu paksaan untuk si kakak? Tidak.

Kami memberikan penjelasan, sounding, dan menyampaikan sebaik-baiknya. Bahkan kami mengajak si kakak untuk memilih perabotan untuk di kamar sendiri, misalnya lampu, seprai, dan boneka. Agar serasa ini menjadi suatu milik kakak, dan kakak merasa nyaman dengan semua pilihan tersebut. Sayapun pernah merasa, apakah ini salah?

Langsung deh saya searching di mbah google, baikkah ini untuk perkembangan psikologis kakak akankah ada efeknya kelak. Dari membaca artikel https://www.romper.com/p/should-toddlers-sleep-by-themselves-yes-but-not-before-this-age-46418.

Berdasarkan dari artikel bahwa the age in which your child should start sleeping by themselves depends on each person’s parental style. Back to parental style. Oke kembali kepada kami, saya dan suami ridho dengan ini semua. Maka kamipun membuat komitmen bersama. ALhamdulliah suami dapat bekerja sama. Rutinitas kami sebelum bobo, yaitu gives a lot of LOVE kepada kakak. Dari pelukan, bercerita, sharing session (apa yang kakak lakukan hari ini), bercanda dengan ayahnya atau adiknya atau ibunya, kemudan terakhir baca doa. Sounding ke kakak pun seperti ini

“Kakak, ini adalah kamar kakak, Kakak sudah hebat memilih dan membantu ibu dan ayah menemukan barang kesukaan kakak. Mulai saat ini kakak tidur sendiri ya, ibu dan ayah selalu ada di samping kakak walau tidak tidur di sebelah kakak. Jika kakak malam terbangun, boleh koq ketuk kamar ibu dan ayah, ibu dan ayah siap menemani kakak kembali hingga nyaman tertidur tapi maaf ya jika kakak sudha tertidur kembali, ibu dan ayah kembali ke kamar untuk bobo. ”

Panjang ya, soundingnya…. heheheh tapi memang benar adanya…. Sounding itupun tidak sekali langsung berhasil, ada kalanya kakak tidur ditemani ayah semalaman. but we always make sure and encourage Kakak to get comfortable with sleeping alone. Kami selalu perkuat bonding and do activities before sleep. 

Sumber diskusi Bunsay 3 SOGA SQUAD Game Level 11

#bundasayang
#fitrahseksualitas
#gamelevel11
#sogasquad
#pendidikanseks
#pendidikanreproduksi
#pendidikanseksualitas
#lindungidirisendiri
#ibuprofesional
#parentingindonesia
#kelasbunsay